Rabu, 02 November 2016

TUGAS AKHIR BLOK SISTEM PENCERNAAN SALURAN ATAS STOMATITIS

TUJUAN PEMBELAJARAN

A.      Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan konsep penyakit Stomatitis dan Asuhan Keperawatan pada klien Stomatitis.

B.      Tujuan Khusus
1)   Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, pemeriksaan penunjang dan komplikasi pada klien Stomatitis.
2)   Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien Stomatitis.












KONSEP STOMATITIS
1.1  DEFINISI
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus atau jamur, dan penggunaan obat kemoterapi (Potter & Perry, 2005). Menurut Donna L.Wong dkk stomatitis adalah imflamasi mukosa oral, yang dapat meliputi mukosa bukal (pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi, angit-langit dan dasar mulut.
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa ulser tunggal maupun lebih dari satu. SAR dapat menyerang mukosa mulut yang tidak berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral dan ventral lidah, dasar mulut, dan palatum lunak dan mukosa orofaring.
SAR merupakan ulser oval rekuren pada mukosa mulut tanpa tanda-tanda adanya penyakit lain dan salah satu kondisi ulseratif mukosa mulut yang paling menyakitkan terutama sewaktu makan, menelan dan berbicara. Penyakit ini ringan karena tidak bersifat membahayakan jiwa dan tidak menular. Tetapi bagi orang-orang yang menderita SAR dengan frekuensi yang sangat tinggi akan merasa sangat terganggu. Apalagi jika SAR dialami oleh bayi dan atau anak-anak dengan frekuensi yang tinggi akan akan membuat bayi dan atau anak tersebut akan mengalami komplikasi yang berbahaya. Beberapa ahli menyatakan bahwa SAR bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan gambaran beberapa keadaan patologis dengan gejala klinis yang sama.



1.2  Klasifikasi
Berikut adalah klasifikasi dari stomatitis
1.        Stomatitis apthous Reccurent terjadi akibat tergigit atau luka benturan dengan sikat gigi, stomatitis ini terdiri atas:
a.      Rekuren apthous stomatitis minor
b.      Rekuren Apthous Stomatitis Major
c.       Herpetiformis apthous stomatitis
2.        Oral thrush disebabkan jamur candida albicans, banyak dijumpai di lidah;
3.        Stomatitis Herpetik disebabkan virus herpes simpleks dan berlokasi di bagian belakang tenggorokan.

1.3  Epidemiologi
Penyakit infeksi pencernaan pada anak yaitu stomatitis dialami 15-20 % pada masyarakat dan 80% pada usia > 30 tahun, bila di atas usia  tersebut kemungkinan besar penyebabnya merupakan suatu yang lebih kompleks. Di Amerika terdapat 29,6 % dari perokok mengalami stomatitis. Sedangkan SAR (Stomatitis Aftosa Rekuren ) lebih banyak terjadi pada wanita.
Prevalensi stomatitis bervariasi tergantung pada daerah populasi yang diteliti. Dari penelitian-penelitian epidemiologi menunjukkan pada umumnya, prevalensi stomatitis berkisar 15-25% dari populasi. Di Amerika, prevalensi tertinggi ditemukan pada mahasiswa keperawatan 60%, mahasiswa kedokteran gigi 56% dan mahasiswa profesi 55%. Resiko terkena stomatitis cenderung meningkat pada kelompok sosioekonomi menengah ke atas, ini berhubungan dengan meningkatnya beban kerja yang dialami kalangan profesi atau jabatan-jabatan yang memerlukan tanggung jawab yang cukup besar, pada wanita dan individu yang stres, seperti mahasiswa yang sedang menghadapi ujian.


1.4  ETIOLOGI
Stomatitis dapat terjadi pada anak dan bayi. Pada anak sariawan dapat disebabkan oleh:
1.    daya tahan tubuh anak yang rendah;
2.    kondisi mulut anak seperti kebersihan mulut yang buruk;
3.    luka pada mulut karena tergigit atau makanan dan minuman yang terlalu panas;
4.    kondisi tubuh seperti adanya alergi atau infeksi;
5.    luka akibat menyikat gigi terlalu keras atau bulu sikat gigi yang sudah mengembang;
6.    kekurangan vitamin c dan vitamin b;
7.    faktor psikologis (stress);
8.    pada penderita yang sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari sariawan. pambentukan stomatitis aphtosa yang dahulunya perokok;
9.    disebabkan karena jamur, namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem pertahanan tubuh (imuno). berasal dari kadar imunoglobin abnormal; gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi). Terbentuknya stomatitis aphtosa ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa penderita wanita.

1.5  Manifestasi Klinis
Awalnya timbul rasa sedikit gatal atau seperti terbakar pada 1 sampai 2 hari di daerah yang akan menjadi sariawan. Rasa ini timbul sebelum luka dapat terlihat di rongga mulut. Sariawan dimulai dengan adanya luka seperti melepuh di jaringan mulut yang terkena berbentuk bulat atau oval. Setelah beberapa hari, luka seperti melepuh tersebut pecah dan menjadi berwarna putih ditengahnya, dibatasi dengan daerah kemerahan. Bila berkontak dengan makanan dengan rasa yang tajam seperti pedas atau asam, daerah ini akan terasa sakit dan perih, dan aliran saliva (air liur) menjadi meningkat.
Manifestasi klinis dari stomatitis secara umum yaitu:
a.       Masa prodromal atau penyakit 1 – 24 jam
Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar
b.      Stadium Pre Ulcerasi
Adanya udema / pembengkangkan setempat dengan terbentuknya makula pavula serta terjadi peninggian 1- 3 hari
c.       Stadium Ulcerasi
Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya, batas sisinya merah dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari. Masa penyembuhan ini untuk tiap-tiap individu berbeda yaitu 1 – 5 minggu.

Berdasarkan ciri khasnya secara klinis, SAR dapat digolongkan menjadi ulser minor, ulser mayor, dan ulser hepetiform.
1.      Ulser minor
adalah yang paling sering dijumpai, dan biasanya berdiameter kurang dari 1 cm dan sembuh tanpa menimbulkan jaringan parut. Bentuknya bulat, berbatas jelas, dan biasanya dikelilingi oleh daerah yang sedikit kemerahan. Lesi biasanya hilang setelah 7-10 hari.
2.      Ulser mayor
biasanya berdiameter lebih dari 1 cm, bulat dan juga berbatas jelas. Tipe ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh, dan dapat menimbulkan jaringan parut setelah sembuh.
3.      Ulser herpetiform
adalah yang paling jarang terjadi dan biasanya merupakan lesi berkelompok dan terdiri dari ulser berukuran kecil dengan jumlah banyak.

Menurut Williams dan Wilkins pada tahun 2008 membagi stomatitis berdasarkan tanda dan gejalanya, yaitu:
a.         Stomatitis hipertik akut
1)   Nyeri sperti terbakar di mulut
2)   Gusi membengkak dan mudah berdarah, selaput lendir terasa perih
3)   Ulse papulovesikular di dalam mulut dan tenggorokan; akhirnya menjadi lesi berkantung keluar disertai areloa ynag memerah, robek, dan membertuk sisik.
4)   Limfadenitis submaksilari
5)   Nyeri hilang 2 sampai 4 hari sebelum ulser sembuh secara keseluruhan
b.        Stomatitis aftosis
1)   Selaput lendir terasa terbakar, kesemutan, dan sedikit membengkak
2)   Ulser tunggal ataupun multipel, berbentuk kecil dengan pusat berwarna keputihan dan berbatas merah
3)   Nyeri berlangsung 7 samapi 10 hari, dan sembuh total dalam 1 sampai 3 minggu.

1.6  Patofisiologi
Identifikasi terutama pada klien dengan resiko tinggi dapat memungkinkan dokter gigi untuk memulai evaluasi pra-perawatan ddan melakukan tindakan profilaktis yang terukirr untuk meminimalisir morbidditas dan insiden yang memungkinkan toksisitas pada rongga mulut. Factor resiko yang paling utama pada perkembangan kompllikasi oral selama perawatan adalah pra-kehadiran ppenyakit mulut dan gigi. Perhatian yang sangat kurang terhadap rongga mulut selama terapi dan factor lain dapat berpengarruuh pada ketahanan dari rongga mulut.
Factor resiko yang lain addalah : tipe dari kanker (melibatkan lokasi dan histology), penggunaan antineoplastik, dosis dan administrasi penjadwalan perawatan, kemudian area radiasi, dosisnya, jadwal dilakukan radiasi (kekerapan dan durasi dari antisipasi myelosuppresi) serta umur pasien. Keadaan sebelum hadirnya penyakit seperti kalkulus, gigi yang rusak, kesalahan restorasi, penyakit periodontal, gingivitis dan penggunaan alat prostodontik, berkontribusi terhadap berkembangnya infeksi local dan sistemik, kolonisasi bakteri, dan jamur dar alkulus, plak, pulpa, poket periodontal, kerusakan operculum, gigi palsu, dan pengunaan alat-alat kedokteran gigi merupakan sebuah lahan yang subur untuk organism opportunistic dan pathogenikstik yang mungkin berkembang pada infeksi local dan sistemik.
 Tambalan yang berlebih atau peralatan lain yang melekat pada gigi, membuat lapisan mulut yang buruk, menebal dan mengalami atropi kemudian menghasilkan ulserasi local (Stomatitis).

1.7  Komplikasi
Stomatitis jarang menyebabkan komplikasi yang serius namun dapat terjadi infeksi luas di daerah bibir dan rongga mulut seperti abses dan radang. Dampak gangguan pada kebutuhan dasar manusia, yaitu:
1.      Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak teratur
2.      Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
3.      Pola Hygiene : kurang menjaga kebersihan mulut
4.      Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perih.

Ada beberapa komplikasi yang diakibatkan oleh penatalaksanaan medis yaitu:       
Komplikasi yang dapat timbula akibat penatalaksanaan medis diantaranya sebagai berikut:
1.    Komplikasi akibat kemoterapi
Mukosa mulut akan menjadi tereksaserbasi ketika agen kemoterapik yang menghasilkan toksisitas mukosa diberikan dalam dosis yang tinggi  atau berkombinasi dengan ionisasai penyinaran radiasi.
2.    Komplikasi akibat radiasi
Penyinaran lokal pada kepala dan leher tidak hanya menyebabkan perubahan histologis dan fisiologis pada mukosa oral yang disebabkan oleh terapi sitotoksik, tetapi juga menghasilkan gangguan struktural dan fungsional pada jaringan pendukung termasuk glandula saliva dan tulang. Dosis tinggi radiasi pada tulang yang berhubungan dengan gigi menyebabkan hipoksia, berkurangnya suplai darah ke tulang, hancurnya tulang bersamaan dengan terbukanya tulang, infeksi, dan nekrosis.
3.    Komplikasi oral
a.    Mukositis
Mukositis merupakan suatu respon inflamasi toksik yang mempengaruhi traktus gastrointestinal dari mulut sampai anus. Tipikal mukositis termanifestasi sebagai suatu eritomatous, lesi seperti terbakar, dan lesi ulseratif.
b.    Infeksi Mukolitis
Mukositis oral dapat berkomplikasi dengan infeksi pada pasien dengan sistem imun yang menurun. Tidak hanya mulut yang dapat terinfeksi, tetapi hilangnya epitel oral sebagai suatu sistem pertahanan barrier terjadi pada infeksi lokal dapat menghasilkan jalan bagi mikroorganisme pada sirkulasi sistemik.
c.    Xerrostomia
Xerrostomia merupakan keadaan berkurangnya sekresi dari glandula saliva. Gejala klinik xerrostomia adalah rasa kering, sensasi terbakar pada rongga oral dan lidah, bibir prcah-prcah, celah atau fissura pada sudut mulut, perubahan pada permukaan lidah, dan peningkatan akan kebutuhan cairan. Xerostomia dapat disebabkan oleh reaksi inflamasi dan efek degeneratif radiasi ionisasi.

1.8  Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang yang digunakan adalah sebagai berikut:
a.       Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur sedangkan diagnosis pasti dengan menggunakan biopsi.
b.      Pemeriksaan laboratorium :
1)      WBC menurun pada stomatitis sekunder
2)      Pemeriksaan kultur virus: cairan vesikel dari herpes simplek stomatitis
3)      Pemeriksaan cultur bakteri:  eksudat untuk membentuk vincent’s stomatitis

1.9   Pencegahan
Pencegahan pada stomatitis ditekankan untuk menghindari faktor pencetus yang dapat menimbulkan stomatitis. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1.      hindari faktor etiologi;
2.      pelihara kesehatan gigi dan mulut serta mengonsumsi nutrisi yang cukup terutama makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi;
3.      hindari stress yang dapat mengakibatkan timbulnya gejala;
4.      usahakan untuk selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut anak;
5.      hati-hati saat menggosok gigi anak agar tidak menimbulkan luka pada mulut;
6.      hindari memberikan makanan yang terlalu panas pada anak, berikan makanan yang lembut dan mudah ditelan;
7.      hindari memberikan anak dot yang berkontur kasar dan terbuat dari karet yang keras;
8.      perbanyak makan yang mengandung B3 seperti serelia, hati, ayam, daging, kacang-kacangan, apukat dan lain sebagainya;
9.      anjurkan  anak makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan kususnya bervitamin c;
aturlah makanan agar tetap seimbang sehingga tidak kekurangan gizi.

1.10          Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis untuk mengatasi stomatitis adalah sebagai berikut:
a.        Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai
b.       Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya
c.        Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama makanan yang mengandung vitamin 12 dan zat besi
d.       Hindari stress
e.        Pemberian Atibiotik
Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan emolien topikal, seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2 – 3 ulcersi minor. Pada kasus yang lebih berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian tetraciclin dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada responsif terhadap kortikosteroid atau tetrasiklin, dapat diberikan dakson dan bila gagal juga maka di berikan talidomid.
f.        Terapi
Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus diperlukan antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangat dicampur garam (jangan menggunakan antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan stomatitis aphtosa terutama penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan jangka panjang yang efektif adalah menghindari faktor pencetus. Terapi yang dianjurkan yaitu:
1) Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan kemudian 1000 mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum vitamin B12 dibawah 100 pg/ml, pasien dengan neuropathy peripheral atau anemia makrocytik, dan pasien berasal dari golongan sosioekonomi bawah.
2) Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari. Tidak ada perawatan lain yang diberikan untuk penderita RAS selama perawatan dan pada waktu follow-up. Periode follow-up mulai dari 3 bulan sampai 4 tahun.



ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS TEORI

I.                            Pengkajian
1.      Anamnesa
a.       Data Demografi
Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi). Stomatitis dapat menyerang semua umur, namun mayoritas dapat menyerang pada usia antara 20-40 tahun yang lebih cenderung terjadi pada wanita.
b.      Keluhan Utama
Pasien dengan stomatitis biasanya nyeri karena mukosaoral mengalami peradangan dan bibir pecah-pecah.
c.       Riwayat Penyakit Sekarang
Klien biasanya dibawa atau meminta bantuan ke rumah sakit setelah mengeluh nyeri seperti tertusuk-tusuk, rasa terbakar, bengkak, anoreksia, sukar menelan. Stomatitis bisa terjadi pada seseorang karena kebersihan mulut yang buruk, intoleransi dengan pasta gigi, penyakit yang beresiko menimbulkan stomatitis, misalnya faringitis, panas dalam, mengkonsumsi makanan yang berlemak, kurang vitamin C, vitamin B12 dan mineral.
d.      Riwayat Penyakit Dahulu 
klien pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun sehingga lebih mudah terkena stomatitis, atau memang pernah menderita penyakit yang sama atau penyakit oral lainnya.
e.       Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya stomatitis. Karena ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab utama dari stomatitis atau sariawan adalah keturunan. Berdasarkan hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya menderita stomatitis lebih rentan untuk mengalami stomatitis juga.
f.       Pengkajian Psikososial
Kaji apakah keluarga tidak memperhatikan kebersihan mulut dan tempat bermain anak di lingkungan kumuh atau tidak, sosial stress psikologis, stress fisik, misalnya penyakit sistemik yang berat, gata hidup (alkohol, perokok), riwayat penggunaan serta pemberian obat penekan sistem imun jangka panjang seperti steroid, obat antibiotik jangka panjang.
g.      Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas
lingkungan yang panas, dan sanitasi yang buruk.
h.      Riwayat nutrisi
kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, vitamin B12, mineral, dan zat besi serta pola makan yang buruk, misalnya hanya mengkonsumsi karbohidrat dan protein saja.
i.        Pengkajian 11 Pola Gordon
1.      Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Bagaimana pendapat pasien tentang penyakit yang diderita. Apakahorang tua pasien mengetahui bahwa anaknya terkena sariawan yang tidak kunjung sembuh, namun keluarga pasien tidak mengetahui bagaimana cara mengatasinya atau sebaliknya orang tua pasien langsung meminta bantuan kepada petugas pelayanan kesehatan terdekat.
2.      Pola Nutrisi/Metabolisme
Bagaimana diet yang dilakukan oleh pasien. Apa saja yang dikonsumsi pasien setiap harinya. Apakah pasien kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, vitamin B12, mineral, dan zat besi serta pola makan yang buruk
3.      Pola Eliminasi
Bagaimana pengeluaran urine dan feses pasien setiap harinya
4.      Pola Aktivitas
Bagaimana pasien melakukan aktivitas sehari-harinya. Apakah dalam melakukan aktivitas, pasien mengalami gangguan akibat nyeri yang di rasa sehingga pasien akan rewel.
5.      Pola Istirahat Tidur
Apakah tidur pasien setiap harinya cukup. Apakah nyeri akibat stomatitis yang diderita pasien mengganggu pola tidurnya.
6.      Pola Kognitif-Persepsi
Apakah pasien mengalami gangguan dengan fungsi indra. pasien merasa lebih tenang apabila berada ditengah keluarga terutama ibu yang peduli pada kondisi pasien, dan pasien sedih apabila ditinggal keluarga.
7.      Pola Peran Hubungan
Bagaimana pola dan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat disekitarnya. Apakah rasa nyeri yang dideritanya mengganggu pola dan peran tersebut. Apakah pasien lebih banyak menangis dan rewel.
8.      Pola Seksualitas/Reproduksi
Bagaimana respon seksualitas pasien.
9.      Pola Koping Toleransi Stress
Apakah pasien menkonsumsi obat untuk menghilangkan nyeri danstres. Bagaimana keadaan emosi pasien sehari-hari.
10.  Pola Keyakinan Nilai
Apa dan bagaimana keyakinan pasien. Apakah pasien dan keluarga pasien selalu berdoa untuk kesembuhan pasien.
11.  Pola Konsep diri
Bagaimana pasien menilai dirinya sendiri. Apakah pasien merasa ragu -ragu untuk berkomunikasi karena tidak dapat berbicara dengan jelas akibat adanya ulserasi lokal.



2.      Pemeriksaan Fisik Fokus
a.       Keadaan umum       : lemah.
b.    TTV :    Tekanan Darah  : dalam batas normal
Suhu                 : suhu tubuh tinggi, lebih dari 37C
      (normal        36oC- 37C)
      Nadi                 : takikardi
            RR                   : dalam batas normal (normal 20-50 x/mnt)
c.       Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1)      Kepala dan leher
Inspeksi : Wajah       :  simetris, dahi mengkerut 
                 Rambut    : lurus/keriting, distribusi merata/tidak
                 Mata         : pupil miosis, konjungtiva anemis
                 Hidung     : tidak terdapat pernafasan cuping hidung
                 Telinga     : bersih
                 Mulut       : mukosa bibir agak kering, terdapat lesi pada rongga mulut, bercak putih, warna lidah merah dan keputihan karena peradangan.Kulit didalam rongga mulut tampak bengkak dan kemerahan
                 Lidah       : Mukosa mulut mengalami peradangan dan ada lesi, bibir pecah-pecah, rasa kering, suatu sensasi rasa luka atau terbakar pada daerah lidah, hipersarivasi.
Palpasi   : ada nyeri tekan (respon nyeri)
2)  Dada
Inspeksi      : simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi        : denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas, nyeri tekan (-)
Perkusi       :  Jantung    : dullness
                      Paru         : sonor
Auskultasi  : tidak terdengar suara ronchi
                      tidak terdengar bunyi wheezing
3)  Abdomen
Inspeksi   : datar
Palpasi     : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi     : timpani
Auskultasi : ada bising usus
4)  Kulit
Turgor kurang, pucat, kebiruan.
5)  Ekstremitas
Tidak terdapat udem pada pada daerah extremitas

2.      Analisa Data
No.
Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
1.
  DS: pasien mengatakan bahwa merasa nyeri di daerah rongga mulut.

  DO: terdapat luka pada daerah rongga mulut
Nyeri
kerusakan dan inflamasi membrane mukosa mulut
Infeksi local pada mulut, orofaring
Nyeri
2.
DS: keluarga mengatakan bahwa pasien tidak bisa menghitung padahal mudah

DO: pasien terlihat bingung pada saat menghitung
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Nafsu makan turun
Perubahan pola makan
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
3.
DS: keluarga pasien mengatakan pasien jarang BAB karena nutrisi yang di konsumsi kurang dari kebutuhan tubuh.

DO : pasien tampak pucat, urin keruh, dan demam
Gangguan pola eliminasi
Konstipasi
Perubahan pola makan
Gangguan pola eliminasi
4.
DS: keluarga mengatakan bahwa luka pasien semakin meluas

DO: luka pasien sedalam 5mm
Gangguan integritas kulit
Infeksi local pada mulut orofaring
Agen infeksius: bakteri traumatic: tergigit
Gangguan integritas kulit

II.                Diagnosa keperawatan

No.
Diagnosa Keperawatan
1.       
Nyeri berhubungan dengan lesi (kerusakan membran mukosa), malaiseyang ditandai dengan pasien mengatakan bahwa merasa nyeri di daerah rongga mulutterdapat luka pada daerah rongga mulut.
2.       
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan intake nutrisi kurang dan faktor psikologi yang ditandai dengan keluarga mengatakan bahwa pasien tidak bisa menghitung padahal mudah, pasien terlihat bingung pada saat menghitung.
3.       
Gangguan pola eleminasi berhubungan dengan intake nitrisi kurang dan stress yang ditandai dengan keluarga mengatakan bahwa pasien tidak bisa menghitung padahal mudahpasien terlihat bingung pada saat menghitung
4.       
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan infeksi mukosa mulut yang ditandai dengan keluarga mengatakan bahwa luka pasien semakin meluas, luka pada mukosa mulut pasien sedalam 5mm

III.                Intervensi

No. Dx
Perencanaan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, nyeri pada klien dapat berkurang atau hilang dengan kriteria hasil:
1.   Hilangnya rasa sakit dan perih di mukosa mulu
2.   Lesi berkurang dan berangsur sembuh
3.   Membran mukosa oral lembab
   4.   Tidak bengkak dan hiperemi
5.   Suhu badan normal
1.      Kaji tingkat nyeri pada pasien
2.      Berikan makanan yang tidak merangsang, seperti makanan yang mengandung zat kimia
 3.      Hindari makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin
4.      Hindari pasta gigi yang merangsang timbulnya nyeri
 5.      Hindari luka pada mulut saat                                                     menggosok gigi atau saat menggigit makan
6.      Anjurkan klien untuk memperbanyak mengkonsumsi buah buah dan sayuran terutama vitamin B12, Vitamin C dan zat Besi
7.      Lakukan elaborasi pemberian analgesik dan kortikosteroid
2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri pada klien dapat berkurang atau hilang dengan kriteria hasil:
6.        Hilangnya rasa sakit dan perih di mukosa mulu
7.        Lesi berkurang dan berangsur sembuh
8.        Membran mukosa oral lembab
9.        Tidak bengkak dan hiperemi
10.    Suhu badan normal
1.      Kaji pemenuhan nutrisi klien, pola makan dan jumlah kalori yang didapat.
2.      Ukur berat badan dan tinggi badan klien.
3.      Kolaborasi dengan ahli gizi dalam memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
 4.      Berikan pengetahuan nutrisi kepeda keluarga klien
3
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam klien terbebas dari resiko konstipasi.
Kriteria hasil:
1.      Menunjukkan pola eliminasi yang teratur
2.      Menunjukkan perubahan perilaku, pola makan teratur
1.      Identifikasi faktor resikogangguan pola eleminasi
  2.      Auskultasi abdomen meliputi jumlah dan lokasi bising usus
  3.      Evaluasi diet dan pemenuhan cairan klien.
4.      Instruksikan konsumsi serat yang cukup
   5.      Anjurkan meningkatkan pemenuhan cairan klien
  6.      Berikan pendidikan tentang pentingnya BAB     secara teratur
4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri pada klien dapat berkurang atau hilang dengan kriteria hasil:
   1. Integritas kulit menjadi baik
 2. Luka pada mulut menjadi hilang
1.      Kaji Permukaan kulit pada area mulut
   2.      Monitor adanya kemerahan atau jejas lain
3.      Berikan makanan yang tidak terlalu keras
4.      Kolaborasi pemberian obat











CONTOH KASUS

Contoh kasus
Ny.A umur 23 tahun, datang ke UGD RS SEJAHTERA dengan keluhan perih pada bibir bawah dan pipi bagian atas. pada awalnya luka tersebut terlihat kecil semakin lama semakinbesar dan semakin memerah dan luka terasa sakit, sakit sekitar seminggu yang lalu. Klien mengaku sering menggigit bibir saat grogi dan juga luka saat menyikat gigi.
Tugas :
  1. Buat data tambahan
  2. Analisa data
  3. Buat 3 dx keperawatan berdasarkan prioritas
  4. Buat intervensi dan rasional pada masing2 dx minimal 5
  5. Buat evaluasi tiap dx















5 SOAL PILIHAN GANDA

1. Manifestasi klinis dari stomatitis secara umum adalah....kecuali
  a.       Masa prodromal
  b.      Stadium Pre Ulcerasi
  c.       Stadium Ulcerasi
  d.       Stadium Akhir 
            Jawaban : d. Stadium Akhir.
2. berikut ini Pemeriksaan laboratorium untuk Stomatitis adalah.....kecuali
a. pemeriksaan MRI
b. WBC menurun pada stomatitis sekunder
c. Pemeriksaan kultur virus: cairan vesikel dari herpes simplek stomatitis
d. Pemeriksaan cultur bakteri:  eksudat untuk membentuk vincent’s stomatitis
      jawaban : a. pemeriksaan MRI

3. Berikut ini Komplikasi oral dari stomatitis adalah... kecuali
a.    Mukositis
b.    Infeksi Mukolitis
c.    Infeksi saluran pernapasan atas
d.    Xerrostomia
                  jawaban : c.    Infeksi saluran pernapasan atas
4. Berikut adalah klasifikasi dari Stomatitis adalah .... kecuali
a.       Stomatitis apthous Reccurent 
b.      Ulserasi
c.       Oral thrush                  
d.      Stomatitis Herpetik 
Jawaban : Ulserasi
5. intervensi yang tepat untuk diagnosa nyeri berikut ini yang kurang tepat.....
a. Kaji tingkat nyeri pada pasien
b. Berikan makanan yang tidak merangsang, seperti makanan yang  mengandung zat kimia
c. kaji intake makan klien
d. Hindari makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin
            jawaban : c. Kaji intake makan klien


























DAFTAR PUSTAKA

-          Arif Muttaqin dan Kumala Sari.2013.Gangguan gastrointestinal: aplikasi asuhan keperawatan medikal bedah.Jakarta:Salemba Medika
-          Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan  Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.
-          Doenges, Merilynn E,dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:EGC
-          Mansjoer. Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta:Media Aesculpius FKUI

-          Lewis MAO, Lamey PJ. 1998.Tinjauan Klinis Penyakit Mulut . Jakarta:Widya Medika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar