TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan konsep
penyakit Stomatitis dan Asuhan Keperawatan pada klien Stomatitis.
B. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu menjelaskan
tentang definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan,
pemeriksaan penunjang dan komplikasi pada klien Stomatitis.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan
keperawatan pada klien Stomatitis.
KONSEP
STOMATITIS
1.1 DEFINISI
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan
pengiritasi seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus
atau jamur, dan penggunaan obat kemoterapi (Potter & Perry, 2005). Menurut
Donna L.Wong dkk stomatitis adalah imflamasi mukosa oral, yang dapat meliputi
mukosa bukal (pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi, angit-langit dan dasar
mulut.
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) adalah suatu peradangan yang terjadi pada
mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa
ulser tunggal maupun lebih dari satu. SAR dapat menyerang mukosa mulut yang tidak
berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral dan ventral lidah, dasar mulut,
dan palatum lunak dan mukosa orofaring.
SAR merupakan ulser oval rekuren pada mukosa mulut tanpa tanda-tanda adanya
penyakit lain dan salah satu kondisi ulseratif mukosa mulut yang paling
menyakitkan terutama sewaktu makan, menelan dan berbicara. Penyakit ini ringan
karena tidak bersifat membahayakan jiwa dan tidak menular. Tetapi bagi
orang-orang yang menderita SAR dengan frekuensi yang sangat tinggi akan merasa
sangat terganggu. Apalagi jika SAR dialami oleh bayi dan atau anak-anak dengan
frekuensi yang tinggi akan akan membuat bayi dan atau anak tersebut akan
mengalami komplikasi yang berbahaya. Beberapa ahli menyatakan bahwa SAR bukan
merupakan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan gambaran
beberapa keadaan patologis dengan gejala klinis yang sama.
1.2 Klasifikasi
Berikut adalah klasifikasi dari
stomatitis
1. Stomatitis
apthous Reccurent terjadi akibat tergigit atau luka benturan
dengan sikat gigi, stomatitis ini terdiri atas:
a. Rekuren apthous stomatitis minor
b. Rekuren Apthous Stomatitis Major
c. Herpetiformis apthous
stomatitis
2. Oral
thrush disebabkan jamur candida albicans, banyak dijumpai di lidah;
3. Stomatitis
Herpetik disebabkan virus herpes simpleks dan berlokasi di bagian
belakang tenggorokan.
1.3 Epidemiologi
Penyakit infeksi
pencernaan pada anak yaitu stomatitis dialami 15-20 % pada masyarakat dan 80%
pada usia > 30 tahun, bila di atas usia tersebut kemungkinan besar
penyebabnya merupakan suatu yang lebih kompleks. Di Amerika terdapat 29,6 %
dari perokok mengalami stomatitis. Sedangkan SAR (Stomatitis Aftosa Rekuren )
lebih banyak terjadi pada wanita.
Prevalensi
stomatitis bervariasi tergantung pada daerah populasi yang diteliti. Dari
penelitian-penelitian epidemiologi menunjukkan pada umumnya, prevalensi
stomatitis berkisar 15-25% dari populasi. Di Amerika, prevalensi tertinggi
ditemukan pada mahasiswa keperawatan 60%, mahasiswa kedokteran gigi 56% dan
mahasiswa profesi 55%. Resiko terkena stomatitis cenderung meningkat pada
kelompok sosioekonomi menengah ke atas, ini berhubungan dengan meningkatnya
beban kerja yang dialami kalangan profesi atau jabatan-jabatan yang memerlukan
tanggung jawab yang cukup besar, pada wanita dan individu yang stres, seperti
mahasiswa yang sedang menghadapi ujian.
1.4 ETIOLOGI
Stomatitis dapat
terjadi pada anak dan bayi. Pada anak sariawan dapat disebabkan oleh:
1. daya tahan tubuh anak yang
rendah;
2. kondisi mulut anak seperti
kebersihan mulut yang buruk;
3. luka pada mulut karena
tergigit atau makanan dan minuman yang terlalu panas;
4. kondisi tubuh seperti adanya
alergi atau infeksi;
5. luka akibat menyikat gigi
terlalu keras atau bulu sikat gigi yang sudah mengembang;
6. kekurangan vitamin c dan
vitamin b;
7. faktor psikologis (stress);
8. pada
penderita yang sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari sariawan.
pambentukan stomatitis aphtosa yang dahulunya perokok;
9. disebabkan karena jamur, namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem
pertahanan tubuh (imuno). berasal dari kadar imunoglobin abnormal; gangguan
hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi). Terbentuknya stomatitis
aphtosa ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa penderita wanita.
1.5 Manifestasi
Klinis
Awalnya timbul rasa sedikit gatal atau seperti
terbakar pada 1 sampai 2 hari di daerah yang akan menjadi sariawan. Rasa ini
timbul sebelum luka dapat terlihat di rongga mulut. Sariawan dimulai dengan
adanya luka seperti melepuh di jaringan mulut yang terkena berbentuk bulat atau
oval. Setelah beberapa hari, luka seperti melepuh tersebut pecah dan menjadi
berwarna putih ditengahnya, dibatasi dengan daerah kemerahan. Bila berkontak
dengan makanan dengan rasa yang tajam seperti pedas atau asam, daerah ini akan
terasa sakit dan perih, dan aliran saliva (air liur) menjadi meningkat.
Manifestasi klinis dari stomatitis secara umum
yaitu:
a. Masa prodromal atau penyakit 1
– 24 jam
Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar
b. Stadium Pre Ulcerasi
Adanya udema / pembengkangkan setempat dengan terbentuknya makula pavula
serta terjadi peninggian 1- 3 hari
c. Stadium Ulcerasi
Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya,
batas sisinya merah dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari. Masa
penyembuhan ini untuk tiap-tiap individu berbeda yaitu 1 – 5 minggu.
Berdasarkan ciri khasnya secara klinis, SAR dapat digolongkan menjadi ulser
minor, ulser mayor, dan ulser hepetiform.
1. Ulser minor
adalah yang paling sering dijumpai, dan biasanya berdiameter kurang dari 1
cm dan sembuh tanpa menimbulkan jaringan parut. Bentuknya bulat, berbatas
jelas, dan biasanya dikelilingi oleh daerah yang sedikit kemerahan. Lesi
biasanya hilang setelah 7-10 hari.
2. Ulser mayor
biasanya berdiameter lebih dari 1 cm, bulat dan juga berbatas jelas. Tipe
ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh, dan dapat menimbulkan
jaringan parut setelah sembuh.
3. Ulser herpetiform
adalah yang paling jarang terjadi dan biasanya merupakan lesi berkelompok
dan terdiri dari ulser berukuran kecil dengan jumlah banyak.
Menurut Williams dan Wilkins pada tahun
2008 membagi stomatitis berdasarkan tanda dan gejalanya, yaitu:
a. Stomatitis hipertik
akut
1) Nyeri sperti terbakar di mulut
2) Gusi membengkak dan mudah berdarah, selaput lendir
terasa perih
3) Ulse papulovesikular di dalam mulut dan tenggorokan;
akhirnya menjadi lesi berkantung keluar disertai areloa ynag memerah, robek,
dan membertuk sisik.
4) Limfadenitis submaksilari
5) Nyeri hilang 2 sampai 4 hari sebelum ulser sembuh
secara keseluruhan
b. Stomatitis aftosis
1) Selaput lendir terasa terbakar, kesemutan, dan sedikit
membengkak
2) Ulser tunggal ataupun multipel, berbentuk kecil dengan
pusat berwarna keputihan dan berbatas merah
3) Nyeri berlangsung 7 samapi 10 hari, dan sembuh total
dalam 1 sampai 3 minggu.
1.6 Patofisiologi
Identifikasi terutama pada klien dengan resiko tinggi dapat memungkinkan
dokter gigi untuk memulai evaluasi pra-perawatan ddan melakukan tindakan
profilaktis yang terukirr untuk meminimalisir morbidditas dan insiden yang
memungkinkan toksisitas pada rongga mulut. Factor resiko yang paling utama pada
perkembangan kompllikasi oral selama perawatan adalah pra-kehadiran ppenyakit
mulut dan gigi. Perhatian yang sangat kurang terhadap rongga mulut selama
terapi dan factor lain dapat berpengarruuh pada ketahanan dari rongga mulut.
Factor resiko yang lain addalah : tipe dari kanker (melibatkan lokasi dan
histology), penggunaan antineoplastik, dosis dan administrasi penjadwalan
perawatan, kemudian area radiasi, dosisnya, jadwal dilakukan radiasi (kekerapan
dan durasi dari antisipasi myelosuppresi) serta umur pasien. Keadaan sebelum
hadirnya penyakit seperti kalkulus, gigi yang rusak, kesalahan restorasi,
penyakit periodontal, gingivitis dan penggunaan alat prostodontik,
berkontribusi terhadap berkembangnya infeksi local dan sistemik, kolonisasi
bakteri, dan jamur dar alkulus, plak, pulpa, poket periodontal, kerusakan
operculum, gigi palsu, dan pengunaan alat-alat kedokteran gigi merupakan sebuah
lahan yang subur untuk organism opportunistic dan pathogenikstik yang mungkin
berkembang pada infeksi local dan sistemik.
Tambalan yang berlebih atau peralatan lain yang melekat pada gigi,
membuat lapisan mulut yang buruk, menebal dan mengalami atropi kemudian
menghasilkan ulserasi local (Stomatitis).
1.7 Komplikasi
Stomatitis jarang menyebabkan komplikasi yang serius namun dapat terjadi
infeksi luas di daerah bibir dan rongga mulut seperti abses dan radang. Dampak
gangguan pada kebutuhan dasar manusia, yaitu:
1. Pola
nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak teratur
2. Pola aktivitas : kemampuan untuk
berkomunikasi menjadi sulit
3. Pola Hygiene : kurang menjaga
kebersihan mulut
4. Terganggunya
rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perih.
Ada beberapa komplikasi yang diakibatkan oleh penatalaksanaan medis yaitu:
Komplikasi yang dapat timbula akibat penatalaksanaan medis diantaranya
sebagai berikut:
1. Komplikasi akibat kemoterapi
Mukosa mulut akan menjadi tereksaserbasi ketika agen kemoterapik yang
menghasilkan toksisitas mukosa diberikan dalam dosis yang
tinggi atau berkombinasi dengan ionisasai penyinaran radiasi.
2. Komplikasi akibat radiasi
Penyinaran lokal pada kepala dan leher tidak hanya menyebabkan perubahan
histologis dan fisiologis pada mukosa oral yang disebabkan oleh terapi
sitotoksik, tetapi juga menghasilkan gangguan struktural dan fungsional pada
jaringan pendukung termasuk glandula saliva dan tulang. Dosis tinggi radiasi
pada tulang yang berhubungan dengan gigi menyebabkan hipoksia, berkurangnya
suplai darah ke tulang, hancurnya tulang bersamaan dengan terbukanya tulang,
infeksi, dan nekrosis.
3. Komplikasi oral
a. Mukositis
Mukositis merupakan suatu respon inflamasi toksik yang mempengaruhi traktus
gastrointestinal dari mulut sampai anus. Tipikal mukositis termanifestasi
sebagai suatu eritomatous, lesi seperti terbakar, dan lesi ulseratif.
b. Infeksi Mukolitis
Mukositis oral dapat berkomplikasi dengan infeksi pada pasien dengan sistem
imun yang menurun. Tidak hanya mulut yang dapat terinfeksi, tetapi hilangnya
epitel oral sebagai suatu sistem pertahanan barrier terjadi pada infeksi lokal
dapat menghasilkan jalan bagi mikroorganisme pada sirkulasi sistemik.
c. Xerrostomia
Xerrostomia merupakan keadaan berkurangnya sekresi dari glandula saliva.
Gejala klinik xerrostomia adalah rasa kering, sensasi terbakar pada rongga oral
dan lidah, bibir prcah-prcah, celah atau fissura pada sudut mulut, perubahan
pada permukaan lidah, dan peningkatan akan kebutuhan cairan. Xerostomia dapat
disebabkan oleh reaksi inflamasi dan efek degeneratif radiasi ionisasi.
1.8 Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan Penunjang yang digunakan adalah
sebagai berikut:
a. Dilakukan pengolesan lesi
dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur sedangkan diagnosis
pasti dengan menggunakan biopsi.
b. Pemeriksaan laboratorium :
1) WBC
menurun pada stomatitis sekunder
2) Pemeriksaan kultur virus: cairan
vesikel dari herpes simplek stomatitis
3) Pemeriksaan cultur
bakteri: eksudat untuk membentuk vincent’s stomatitis
1.9 Pencegahan
Pencegahan pada
stomatitis ditekankan untuk menghindari faktor pencetus yang dapat menimbulkan
stomatitis. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. hindari faktor
etiologi;
2. pelihara kesehatan
gigi dan mulut serta mengonsumsi nutrisi yang cukup terutama makanan yang
mengandung vitamin B12 dan zat besi;
3. hindari stress
yang dapat mengakibatkan timbulnya gejala;
4. usahakan untuk
selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut anak;
5. hati-hati saat
menggosok gigi anak agar tidak menimbulkan luka pada mulut;
6. hindari
memberikan makanan yang terlalu panas pada anak, berikan makanan yang lembut
dan mudah ditelan;
7. hindari
memberikan anak dot yang berkontur kasar dan terbuat dari karet yang keras;
8. perbanyak makan
yang mengandung B3 seperti serelia, hati, ayam, daging, kacang-kacangan, apukat
dan lain sebagainya;
9. anjurkan anak
makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan kususnya bervitamin c;
aturlah makanan agar tetap seimbang sehingga tidak
kekurangan gizi.
1.10
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis untuk
mengatasi stomatitis adalah sebagai berikut:
a. Hindari
makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai
b. Sembuhkan
penyakit atau keadaan yang mendasarinya
c. Pelihara kebersihan mulut
dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama makanan yang
mengandung vitamin 12 dan zat besi
d. Hindari
stress
e. Pemberian
Atibiotik
Harus disertai dengan terapi penyakit
penyebabnya, selain diberikan emolien topikal, seperti orabase, pada kasus yang
ringan dengan 2 – 3 ulcersi minor. Pada kasus yang lebih berat dapat diberikan
kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau
4 kali sehari setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian tetraciclin dapat
diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada
responsif terhadap kortikosteroid atau tetrasiklin, dapat diberikan dakson dan
bila gagal juga maka di berikan talidomid.
f. Terapi
Pengobatan stomatitis karena
herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus diperlukan antivirus. Untuk
gejala lokal dengan kumur air hangat dicampur garam (jangan menggunakan
antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan penghilang rasa sakit topikal.
Pengobatan stomatitis aphtosa terutama penghilang rasa sakit topikal.
Pengobatan jangka panjang yang efektif adalah menghindari faktor pencetus.
Terapi yang dianjurkan yaitu:
1) Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan
kemudian 1000 mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum vitamin B12
dibawah 100 pg/ml, pasien dengan neuropathy peripheral atau anemia makrocytik,
dan pasien berasal dari golongan sosioekonomi bawah.
2) Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari. Tidak ada
perawatan lain yang diberikan untuk penderita RAS selama perawatan dan pada
waktu follow-up. Periode follow-up mulai dari 3 bulan sampai 4 tahun.
ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS TEORI
I.
Pengkajian
1. Anamnesa
a. Data Demografi
Identitas
Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber
biaya, dan sumber informasi). Stomatitis dapat menyerang semua umur, namun
mayoritas dapat menyerang pada usia antara 20-40 tahun yang lebih cenderung
terjadi pada wanita.
b. Keluhan
Utama
Pasien dengan stomatitis biasanya nyeri karena mukosaoral mengalami peradangan dan bibir pecah-pecah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien biasanya dibawa atau meminta
bantuan ke rumah sakit setelah mengeluh nyeri
seperti tertusuk-tusuk, rasa terbakar, bengkak, anoreksia, sukar
menelan. Stomatitis bisa terjadi pada seseorang karena kebersihan mulut
yang buruk, intoleransi dengan pasta gigi, penyakit yang beresiko menimbulkan
stomatitis, misalnya faringitis, panas dalam, mengkonsumsi makanan yang
berlemak, kurang vitamin C, vitamin B12 dan mineral.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
klien pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun
sehingga lebih mudah terkena stomatitis, atau memang pernah menderita penyakit
yang sama atau penyakit oral lainnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji apakah
ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya stomatitis. Karena
ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab utama dari stomatitis atau
sariawan adalah keturunan. Berdasarkan hasil beberapa penelitian menunjukkan
bahwa anak-anak yang orang tuanya menderita stomatitis lebih rentan untuk
mengalami stomatitis juga.
f. Pengkajian Psikososial
Kaji apakah keluarga tidak
memperhatikan kebersihan mulut dan tempat bermain anak di lingkungan kumuh atau
tidak, sosial stress psikologis, stress fisik, misalnya penyakit sistemik yang
berat, gata hidup (alkohol, perokok), riwayat penggunaan serta pemberian obat
penekan sistem imun jangka panjang seperti steroid, obat antibiotik jangka
panjang.
g. Pengkajian lingkungan rumah dan
komunitas
lingkungan
yang panas, dan sanitasi yang buruk.
h. Riwayat nutrisi
kurang mengkonsumsi makanan
yang mengandung vitamin C, vitamin B12, mineral, dan zat besi serta pola makan
yang buruk, misalnya hanya mengkonsumsi karbohidrat dan protein saja.
i. Pengkajian
11 Pola Gordon
1. Pola Persepsi dan Penanganan
Kesehatan
Bagaimana pendapat pasien tentang
penyakit yang diderita. Apakahorang tua
pasien mengetahui bahwa anaknya terkena sariawan yang tidak kunjung sembuh,
namun keluarga pasien tidak
mengetahui bagaimana cara mengatasinya atau sebaliknya orang tua pasien
langsung meminta bantuan kepada petugas pelayanan kesehatan terdekat.
2. Pola Nutrisi/Metabolisme
Bagaimana diet yang dilakukan oleh
pasien. Apa saja yang dikonsumsi pasien setiap harinya. Apakah pasien kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, vitamin
B12, mineral, dan zat besi serta pola makan yang buruk
3. Pola Eliminasi
Bagaimana pengeluaran urine dan
feses pasien setiap harinya
4. Pola Aktivitas
Bagaimana pasien melakukan aktivitas sehari-harinya. Apakah dalam melakukan aktivitas, pasien
mengalami gangguan akibat nyeri yang di rasa sehingga pasien akan rewel.
5. Pola Istirahat Tidur
Apakah tidur pasien setiap harinya
cukup. Apakah nyeri akibat stomatitis yang
diderita pasien mengganggu pola tidurnya.
6. Pola Kognitif-Persepsi
Apakah pasien mengalami gangguan
dengan fungsi indra. pasien merasa lebih tenang apabila berada ditengah
keluarga terutama ibu yang peduli pada kondisi pasien, dan pasien sedih apabila
ditinggal keluarga.
7. Pola Peran Hubungan
Bagaimana pola dan peran pasien
dalam keluarga dan masyarakat disekitarnya. Apakah rasa nyeri yang dideritanya mengganggu pola dan peran tersebut. Apakah pasien lebih banyak menangis dan rewel.
8. Pola Seksualitas/Reproduksi
Bagaimana respon seksualitas pasien.
9. Pola Koping Toleransi Stress
Apakah pasien menkonsumsi obat untuk
menghilangkan nyeri danstres.
Bagaimana keadaan emosi pasien sehari-hari.
10. Pola Keyakinan Nilai
Apa dan bagaimana keyakinan pasien. Apakah pasien dan keluarga pasien selalu berdoa untuk
kesembuhan pasien.
11. Pola Konsep diri
Bagaimana
pasien menilai dirinya sendiri. Apakah pasien
merasa ragu -ragu untuk berkomunikasi karena tidak dapat berbicara dengan jelas
akibat adanya ulserasi lokal.
2. Pemeriksaan Fisik Fokus
a. Keadaan
umum : lemah.
b. TTV : Tekanan
Darah : dalam batas normal
Suhu : suhu
tubuh tinggi, lebih dari 37o C
(normal 36oC- 37o C)
Nadi :
takikardi
RR : dalam
batas normal (normal 20-50 x/mnt)
c. Pemeriksaan Fisik (Head
to Toe)
1) Kepala dan leher
Inspeksi :
Wajah : simetris, dahi
mengkerut
Rambut : lurus/keriting,
distribusi merata/tidak
Mata : pupil
miosis, konjungtiva anemis
Hidung : tidak
terdapat pernafasan cuping hidung
Telinga : bersih
Mulut : mukosa
bibir agak kering, terdapat lesi pada rongga mulut, bercak putih, warna lidah
merah dan keputihan karena peradangan.Kulit didalam rongga mulut tampak bengkak dan kemerahan
Lidah : Mukosa mulut mengalami peradangan dan ada lesi, bibir pecah-pecah, rasa kering, suatu sensasi rasa luka atau terbakar pada
daerah lidah, hipersarivasi.
Palpasi : ada nyeri tekan (respon nyeri)
2) Dada
Inspeksi : simetris, tidak terdapat
tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi : denyutan
jantung teraba cepat, badan terasa panas, nyeri tekan (-)
Perkusi : Jantung :
dullness
Paru : sonor
Auskultasi : tidak terdengar suara ronchi
tidak
terdengar bunyi wheezing
3) Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : timpani
Auskultasi : ada bising usus
4) Kulit
Turgor kurang, pucat, kebiruan.
5) Ekstremitas
Tidak terdapat udem pada pada daerah extremitas
2. Analisa
Data
No.
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
Keperawatan
|
1.
|
DS: pasien mengatakan bahwa merasa nyeri di daerah rongga mulut.
DO: terdapat luka pada daerah rongga mulut
|
Nyeri
↑
kerusakan
dan inflamasi membrane mukosa mulut
↑
Infeksi
local pada mulut, orofaring
|
Nyeri
|
2.
|
DS: keluarga
mengatakan bahwa pasien tidak bisa menghitung padahal mudah
DO: pasien
terlihat bingung pada saat menghitung
|
Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan
↑
Nafsu
makan turun
↑
Perubahan
pola makan
|
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
|
3.
|
DS: keluarga pasien mengatakan pasien jarang BAB karena nutrisi yang di
konsumsi kurang dari kebutuhan tubuh.
DO : pasien
tampak pucat, urin keruh, dan demam
|
Gangguan
pola eliminasi
↑
Konstipasi
↑
Perubahan
pola makan
|
Gangguan
pola eliminasi
|
4.
|
DS:
keluarga mengatakan bahwa luka pasien semakin meluas
DO: luka
pasien sedalam 5mm
|
Gangguan integritas
kulit
↑
Infeksi
local pada mulut orofaring
↑
Agen
infeksius: bakteri traumatic: tergigit
|
Gangguan
integritas kulit
|
II.
Diagnosa keperawatan
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
1.
|
Nyeri berhubungan dengan lesi (kerusakan membran mukosa), malaiseyang
ditandai dengan pasien
mengatakan bahwa merasa nyeri di daerah rongga mulut, terdapat luka pada daerah rongga mulut.
|
2.
|
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan intake nutrisi kurang dan faktor psikologi yang ditandai dengan keluarga mengatakan bahwa pasien tidak bisa menghitung padahal mudah, pasien terlihat bingung pada saat menghitung.
|
3.
|
Gangguan pola eleminasi berhubungan dengan intake
nitrisi kurang dan stress yang ditandai dengan keluarga mengatakan bahwa pasien tidak bisa menghitung padahal mudah, pasien terlihat bingung pada saat menghitung
|
4.
|
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan infeksi
mukosa mulut yang ditandai dengan keluarga mengatakan bahwa luka pasien semakin meluas, luka pada mukosa mulut pasien sedalam 5mm
|
III.
Intervensi
No. Dx
|
Perencanaan
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
1
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, nyeri pada klien dapat
berkurang atau hilang dengan kriteria hasil:
1. Hilangnya
rasa sakit dan perih di mukosa mulu
2. Lesi
berkurang dan berangsur sembuh
3. Membran
mukosa oral lembab
4. Tidak bengkak dan
hiperemi
5. Suhu
badan normal
|
1. Kaji
tingkat nyeri pada pasien
2. Berikan
makanan yang tidak merangsang, seperti makanan yang mengandung zat kimia
3. Hindari
makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin
4. Hindari
pasta gigi yang merangsang timbulnya nyeri
5. Hindari
luka pada mulut saat menggosok
gigi atau saat menggigit makan
6. Anjurkan klien untuk memperbanyak mengkonsumsi buah buah dan sayuran terutama vitamin B12, Vitamin C dan zat Besi
7. Lakukan
elaborasi pemberian analgesik dan kortikosteroid
|
2
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri pada klien dapat
berkurang atau hilang dengan kriteria hasil:
6. Hilangnya
rasa sakit dan perih di mukosa mulu
7. Lesi
berkurang dan berangsur sembuh
8. Membran
mukosa oral lembab
9. Tidak
bengkak dan hiperemi
10. Suhu
badan normal
|
1. Kaji pemenuhan nutrisi klien, pola
makan dan jumlah kalori yang didapat.
2. Ukur berat badan dan tinggi badan
klien.
3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
4. Berikan
pengetahuan nutrisi kepeda keluarga klien
|
3
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam klien terbebas dari resiko
konstipasi.
Kriteria hasil:
1. Menunjukkan pola eliminasi yang
teratur
2. Menunjukkan perubahan perilaku,
pola makan teratur
|
1. Identifikasi faktor resikogangguan
pola eleminasi
2. Auskultasi
abdomen meliputi jumlah dan lokasi bising usus
3. Evaluasi
diet dan pemenuhan cairan klien.
4. Instruksikan konsumsi serat yang
cukup
5. Anjurkan
meningkatkan pemenuhan cairan klien
6. Berikan
pendidikan tentang pentingnya BAB secara
teratur
|
4
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri pada
klien dapat berkurang atau hilang dengan kriteria hasil:
1.
Integritas kulit menjadi baik
2. Luka
pada mulut menjadi hilang
|
1. Kaji Permukaan kulit pada area mulut
2. Monitor adanya kemerahan atau jejas lain
3. Berikan makanan yang tidak terlalu keras
4. Kolaborasi pemberian obat
|
CONTOH KASUS
Contoh
kasus
Ny.A
umur 23 tahun, datang ke UGD RS SEJAHTERA dengan keluhan perih pada bibir bawah
dan pipi bagian atas. pada awalnya luka tersebut terlihat kecil semakin lama semakinbesar dan semakin
memerah dan luka terasa sakit, sakit sekitar seminggu yang lalu. Klien mengaku
sering menggigit bibir saat grogi dan juga luka saat menyikat gigi.
Tugas
:
- Buat
data tambahan
- Analisa
data
- Buat
3 dx keperawatan berdasarkan prioritas
- Buat
intervensi dan rasional pada masing2 dx minimal 5
- Buat evaluasi
tiap dx
5 SOAL PILIHAN GANDA
1. Manifestasi
klinis dari stomatitis secara umum adalah....kecuali
a. Masa prodromal
b. Stadium Pre Ulcerasi
c. Stadium Ulcerasi
d. Stadium Akhir
Jawaban
: d. Stadium Akhir.
2. berikut ini Pemeriksaan laboratorium untuk Stomatitis adalah.....kecuali
a. pemeriksaan MRI
b. WBC menurun pada stomatitis sekunder
c. Pemeriksaan kultur virus: cairan vesikel dari herpes simplek stomatitis
d. Pemeriksaan cultur bakteri: eksudat untuk membentuk vincent’s
stomatitis
jawaban
: a. pemeriksaan MRI
3. Berikut ini Komplikasi oral dari stomatitis adalah... kecuali
a. Mukositis
b. Infeksi Mukolitis
c.
Infeksi saluran pernapasan atas
d. Xerrostomia
jawaban : c. Infeksi saluran pernapasan atas
4.
Berikut adalah klasifikasi dari Stomatitis adalah .... kecuali
a. Stomatitis apthous Reccurent
b. Ulserasi
c.
Oral thrush
d.
Stomatitis Herpetik
Jawaban : Ulserasi
5. intervensi
yang tepat untuk diagnosa nyeri berikut ini yang kurang tepat.....
a. Kaji tingkat nyeri pada pasien
b. Berikan
makanan yang tidak merangsang, seperti makanan yang mengandung zat kimia
c. kaji intake makan klien
d. Hindari makanan yang terlalu
panas dan terlalu dingin
jawaban
: c. Kaji intake makan klien
DAFTAR PUSTAKA
-
Arif
Muttaqin dan Kumala Sari.2013.Gangguan
gastrointestinal: aplikasi asuhan keperawatan medikal bedah.Jakarta:Salemba
Medika
-
Wilkinson,
Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan
dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta :
EGC.
-
Doenges, Merilynn E,dkk. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan Edisi 3. Jakarta:EGC
-
Mansjoer. Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid
1. Jakarta:Media Aesculpius FKUI
-
Lewis MAO, Lamey PJ. 1998.Tinjauan Klinis Penyakit
Mulut . Jakarta:Widya Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar