Minggu, 25 Desember 2016

askep OSTEOPOROSIS

MAKALAH  BLOK MUSKULOSKETAL
OSTEOPOROSIS

Di susun oleh:
Mursidah
Silvia ariska
Puteri dianti
Indah fortuna dewi
M.adi bastian


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2015/2016


KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur Kami sampaaikan kehadiran ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan ridhonya kami mendapat hidayah sehingga kami telah dapat Menyelesaikan makalah askep osteoporosis ini yang disusun berdasarkan materi yang telah ditentukan; Materi yang kami tulis dalam makalah ini memang masih minim , karena kami berharap mahasiswa dapat mengadakan pengembangan diri untuk mencari lagi materi – materi yang belum lengkap. Kami bertujuan dengan makalah ini dapat membantu kita untuk belajar mandiri dan juga membuat mahasiswa lebih aktive dan giat dalam belajar.
                    Demikian makalah ini kami susun  dan kami berharap bermanfaat dan dapat mendapingi kita dalam proses belajar, dan kami juga mengucapkan  terima kasih banyak atas dukungan dari teman – teman dan dosen pembimbing kam.


Jambi  25 september 2016



penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.........................................................................................
1.2  Rumusan Masalah....................................................................................
1.3  Tujuan Penulisan......................................................................................




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Hidup sehat, bugar, dan tetap aktif sekalipun di usia lanjut merupakan dambaan banyak orang. Namun, seiting bertambahnya usia, fungsi organ tubuh pun berangsur – angsur menurun dan berakibat timbulnya berbagai macam penyakit. Masalah kesehatan pada usia lanjut yang sering di temui dan perlu mendapat perhatian adalah penyakit osteoporosis. Osteoporosis atau pengoroposan tulang memang rawan menyerang orang - orang berusia di atas 40 tahun, terutama pada kaum perempuan. Dari hasil penelitian di amerika serikat pada orang berusia di atas 50 tahun, 1 dari 4 perempuan dan 1 dari 8 laki – laki terkena osteoporosis. Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Sekitar 80% persen klien penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.
Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman osteoporosis di Indonesia adalah Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050.  Mereka. Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Berdasarkan data Depkes, jumlah klien osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dan merupakan Negara dengan klien osteoporosis terbesar ke 2 setelah Negara Cina.

1.2  Rumusan Masalah
 1. Apakah yang dimksud dangan osteoporosis?
 2. Apa penyebab osteoporosis?
 3. Apa gejala yang ditimbulkan osteoporosis?
 4. Bagaimana pengobatan osteoporosis?
 5. Bagaimanakah pencegahannya?

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran mahasiswa dalam memahami Osteoporosis, dan mahasiswa mampu memahami defenisi, etiologi, manifestasi klinis, klassifikasi, penatalaksanaan medis dan keperawatan serta asuhan keperawatan dari Osteoporosis.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 defenisi
Osteoforosis adalah suatu penyakit dengan tanda utama berupa berkurangnya kepadatan massa tulang, yang berakibat meningkatnya kerapuhan tulang dan meningkatkan resiko patah tulang. Massa tulang laki – laki dan perempuan akan berkurang seiring bertambahnya usia. Masa tulang pada perempuan berkurang lebih cepat di bandingkan dengan laki – laki. Hal ini disebabkan  pada massa menopause, fungsi ovarium menurun drastis yang berdampak pada berkurangnya produksi hormonestrogen dan progesteron. Saat hormon estrogen turun kadarnya karena usia yang lanjut ( menopause ), terjadilah penurunanaktivitas osteoblas ( pembentukan tulang baru ) dan peningkatan kerja sel osteoklas ( penghancur tulang ). Jadi, secara kodrati oateoporosis lebih banyak menyerang perempuan, yaitu lebih 2,5 kali lebih sering dibandingkan laki – laki.
  Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan masa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resoprsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah. Tulang menjadi mudah fraktur dengan stress yang tidak akan menimbulkan pada tulang normal. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur konversi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah koulum femoris dan daerah tronkanter, dan patah tulang coles pada pergelangan tangan. fraktur kompresi ganda fertebra mengakibatkan deformitas skeletal. Osteoporosis merupakan penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang, yang mengakibatkan meningkatnya fragilitas tulang sehingga tulang cenderung untuk mengalami fraktur spontan atau akibat trauma minimal. (Consensus Development Conference, 1993).

2.2 klasifikasi
1.         Osteoporosis Primer
A.    Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause
B.     Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita
2.         Osteoporosis Skunder
            disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :
A.    Kelainan hepar
B.      Kegagalan ginjal kronis
C.      Kurang gerak
D.    Kebiasaan minum alkohol
E.     Pemakai obat-obatan atau corticosteroid
F.      Kelebihan kafein
G.    Merokok
3.         Osteoporosis Idiopatik
Yaitu : Osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di temukan pada Usia kanak-kanak (juvenil), Usia remaja (adolesen), Pria usia pertengah.    

2.3 Epidimiologi
Wanita lebih sering mengalami osteoporosis dan lebih ekstensif lebih dari pria karena masa puncak masa tulang juga lebih rendah dan efek kehilangan estrogen selama menopause. wanita afrika/amerika memiliki masa tulang lebih besar dari pada wanita kaukasia lebih tidak rentang terhadap osteoporosis. Wanita kaukasia tidak gemuk dan berkerangka kecil mempunyai resiko tinggi osteoporosis.lebih setengah dari semua wanita diatas usia 45 tahun memperlihatkan bukti pada sinar x adanya osteoporosis.
Identifikasi awal wanita usia belasan dan dewasa muda yang mempunyai resiko tinggi dan pendidikan untuk meningkatkan asupan kalsium, berpartisipasi dalam latihan pembebanan berat badan teratur, dan mengubah gaya hidup misalnya mengurang penggunaan cafein,sigaret dan alcohol akan menurunkan resiko menurukan osteporsis, faraktur tulang dan kecacatan yang diakibatkan pada usia lanjut.
Prevelensi osteoporosis pada wanita 75 tahun adalah 90%. Rata – rata wanita usia 75 telah kehilangan 25% tulang kortikalnya dan 40% trabekularnya.dengan bertambahnya usia populasi ini isendensi fraktur 1,3jt pertahun,nyeri , dan kecacatan yang berkaitan dengan nyeri meningkat.

2.4 Etiologi
Etiologi Osteoporosis secara garis besarnya dikelompokan ke dalam 3 kategori :
1.      Penyebab primer    : menopause, usia lanjut, penyebab lain yang tidak diketahui.
2.      Penyebab sekunder : pemakaian Obat kortikosteroid, gangguan metabolism, gizi buruk, penyerapan yang buruk, penyakit tulang sumsum, gangguan fungsi ginjal, penyakit hepar, penyakit paru kronis, cedera urat saraf belakang, rematik, transplasi organ.
3.      Penyebab secara kausal : Osteoporosi juga dapat dikelompokan berdasarkan penyebab penyakit atau keadaan dasarnya :
1        Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada perempuan ), yang membantu pengangkutan kalsium ke- dalam tulang pada perempuan. Biasanya gejala timbul pada peempuan yang berusia antara 51 – 75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Tidak semua perempuan memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, perempuan kulit putih dan daerah timur lebih rentan menderita penyakit ini daripada kulit hitam.
2        Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang ( osteoklas ) dan pembentukan tulang baru ( osteoblas ). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut yaitu terjadi pada orang – orang berusia di atas 70 tahun dan 2 kali lebih sering pada perempuan.
3        Osteoporosis juvenile idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak – anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormone yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuh yang jelas. 
2.5 Patofisiologi
Penyebab pasti dari osteoporosis belum di ketahui, kemungkinan pengaruh dari pertumbuhan aktifitas osteoklas yang berfungsi bentuk tulang. Jika sudah mencapai umur 30 tahun struktur tulang sudah tidak terlindungi karena adanya penyerapan mineral tulang. Dalam keadaan normal terjadi prose yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses resobrsi dan proses pembentukan tulang (remodeling) . Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya roses resobrsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang.
Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pada bagian trabekula. Pada usia 40-45 tahun, baik wanita maupun pria akan mengalami penipsan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5% / tahun dan bagian trabekula pada usia lebi muda. Padapria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30% dan pada wanita 40-50% / tahun.
Penurunan massa tulang lebih cepat pada bagian-bagian tubu yang metacarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra. Bagian-bagian tubuh yang sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian distal.

2.6 Manifestasi Klinis
Gejala yang paling sering dan paling mencemaskan pada osteoporosis adalah :
  1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12) adalah:
  2. Nyeri timbul mendadak
  3. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
  4. Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur
  5. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan  dan akan bertambah oleh karena melakukan aktivitas
  6. Deformitas vertebra thorakalis  Penurunan tinggi badan
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
a.    Pemeriksaan radiologik
Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif. Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen.Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
b.    Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)
Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk menilai densitas massa tulang, seseorang dikatakan menderita osteoporosis apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density ) berada dibawah -2,5 dan dikatakan mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan tulang) bila nilai BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai BMD berada diatas nilai -1.
Beberapa metode yang digunakan untuk menilai densitas massa tulang:
1.    Single-Photon Absortiometry (SPA)
Pada SPA digunakan unsur radioisotop I yang mempunyai energi photon rendah guna menghasilkan berkas radiasi kolimasi tinggi. SPA digunakan hanya untuk bagian tulang yang mempunyai jaringan lunak yang tidak tebalseperti distal radius dan kalkaneus.
2.    Dual-Photon Absorptiometry (DPA)
Metode ini mempunyai cara yang sama dengan SPA. Perbedaannya berupa sumber energi yang mempunyai photon dengan 2 tingkat energi yang berbeda guna mengatasi tulang dan jaringan lunak yang cukup tebal sehingga dapat dipakai untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan tulang yang mempunyai struktur geometri komplek seperti pada daerah leher femur dan vetrebrata.
3.    Quantitative Computer Tomography (QCT)
Merupakan densitometri yang paling ideal karena mengukur densitas tulang secara volimetrik.
c.    Sonodensitometri
Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan menggunakan gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.
d.   Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu pertama T2 sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta kualitas jaringan tulang trabekula dan yang kedua untuk menilai arsitektur trabekula.
e.    Biopsi tulang dan Histomorfometri
f.     Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksa kelainan metabolisme tulang.
g.    Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
h.    CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cmada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
i.      Pemeriksaan Laboratorium
1.    Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
2.    Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)
3.    Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.
4.    Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.
2.8 Penatalaksaan Medis dan Keperawatan
penatalaksanaan medis
 a.       Pengobatan
 perempuan yang menderita osteoporosis, harus mengonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi dan Bifosonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis. Perempuan pascamenopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen ( biasanya bersama dengan progesterone) atau alendronat, yang dapat memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Sebelum terapi sulih estrogen dilakukan,biasanya dilakukan pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan payudara dengan mammogram, pemeriksaan kandungan, serta PAP smear untuk mengetahui apakah ada kanker atau tidak. Terapi ini tidak di anjurkan pada perempuan yang pernah mengalami kanker payudara dan kanker kandungan (ndometrium).     Pemberian alendronat, yang berfungsi untuk :
1.      Mengurangi kecepatan penghancuran tulang pada perempuan pasca menopause.
2.      Meningkatkan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul.
3.      Mengurangi angka kejadian patah tulang.
Pemberian Kalsitonin, untuk diberikan kepada orang yang menderita patah tulang belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan melalui suntikan atau melalui semprot hidung.Laki – laki yang menderita osteoporosis biasanya menapatkan kalsium dan tambahan vitamin D.Pemberian Nutrilife-deer Velvet merupakan alternative terkini yang bisa mengatasi osteoporosis. Nutrilife-deer Velvet yang terbuat dari tanduk Rusa Merah New Zealand, terbukti bermanfaat untuk mencegah osteoporosis dan telah digunakan selama lebih dari 10.000 tahun oleh China, Korea, dan Rusia. Obat ini mengandung delapan factor pertumbuhan, prostaglandin, asam lemak, asam amino, dan komponen dari kartilago, dan dosisnya 1x1/kapsul 1 hari.Pengobatan patah Tulang pada Osteoporosis.
Patah tulang panggul biasanya di atasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau di perbaiki dengan pembedahan. Jika terjadi penipisan tulang belakang disertai nyeri panggung yang hebat, dapat di berikan obat pereda nyeri, di pasang supportive back brace, dan dilakukan terapi fisik dengan mengompres bagian yang nyeri dengan menggunakan air hangat atau dingin selama 10 – 20 menit.Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan steroid anabolic.Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.
Penatalaksanaan keperawatan
1.    Membantu klien mengatasi nyeri.
2.    Membantu klien dalam mobilitas.
3.    Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien.
4.    Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera.
2.9 komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan frakturcolles pada pergelangan tangan




BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian
Pengkajian merupakan salah satu tindakan keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi dari pasien baik yang bersifat objektif dan subjektif agar mempermudah dalam menentukan masalah keperawatan.
a.      Anamnesa
1)   Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan dan sebagainya
2)   Riwayat penyakit dahulu
Dalam pengkajian Merupakan riwayat penyakit yang pernah diderita pasien sebelum diagnosis osteoporosis muncul seperti reumatik, Diabetes Mellitus,  hipertiroid, hiperparatiroid dan lain sebagainya.
3)   Riwayat penyakit sekarang
Merupakan keluhan-keluhan yang dirasakan pasien sehingga ia dibawa ke Rumah Sakit, seperti nyeri pada punggung.
4)   Riwayat penyakit keluarga
Dalam pengkajian, kita juga perlu mengkaji riwayat penyakit keluarga pasien, yaitu apakah sebelumnya ada salah satu keluarga pasien yang memiliki penyakit yang sama.

b.      Pengkakjian bio-psiko-sosisal dan spiritual
1)      Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
-        Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit
-        Kebiasaan minum alkohol, kafein
-        Riwayat keluarga dengan osteoporosis
-        Riwayat anoreksia nervosa, bulimia
-        Penggunaan steroid jangka panjang
2)      Pola nutrisi metabolik
-        Inadekuat intake kalsium
3)      Pola aktivitas dan latihan
-        Fraktur
-        Badan bungkuk
-        Jarang berolah raga
4)      Pola tidur dan istirahat
-        Tidur terganggu karena adanya nyeri
5)      Pola persepsi kognitif
-        Nyeri pada punggung
6)      Pola reproduksi seksualitas
-        Menopause
7)      Pola mekanisme koping terhadap stres
-        Stres, cemas karena penyakitnya

c.       Pemeriksaan Fisik
a.       B1 (Breathing). Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada Dan tulang belakang. Palpasi : Taktil Fremitus seimbang kanan Dan kiri. Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paru. Auskultasi : pada kasus lansia biasanya didapatkan suara ronki.
b.      B2 (Blood). Pengisapan kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitanngan efek obat.
c.       B3 (Brain). Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.
-        Kepala Dan Wajah : terdapat sianosis
-        Mata : skelera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
-        Leher : biasanya JVP dalam batas normal
d.      B4 (Bladder). Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak adaa keluhan pada system perkemihan
e.       B5 (bowel). Pada kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi, namun juga penting dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
f.       B6 (Bone). Pada Inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering menunjukkan kifosis atau ngibbus (dowager’s hump) Dan penurunan tinggi badan Dan berat badan. Ada gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality, Dan nyeri spinal. Lokasi fraktur sering terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 Dan lumbalis 3.

d.      Pemeriksaaan penunjang
1.      CT-Scan
2.      BMD (Bone Mineralo Densitometry)
3.      Pemeriksaan radioisotop
4.      Quantitative Computerized Tomography
5.      Magnetic Resonance Imaging (MRI)
6.      Dual-energy X Ray Absorbtiometry
7.      Ultra Sono Densitometer (USG)
8.      Pemeriksaan Biopsi

e.       Analisa Data
No
Symtom
Etiologi
Problem
1.
DS :
·         Pasien mengatakan Nyeri Tulang, belakang yang intensitas serangannya meningkat pada malam hari.(skala : 1-10)
·         Pasien mengatakan Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
·         Pasien mengatakan Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur
DO :
·         Pasien kelihatan menahan nyeri
·         Pasien tidak bisa bergerak bebas

Tulang rapuh dan mudah patah




Fraktur




Gangguan fungsi ekstremitas atas dan bawah




Pergerakan fragmen tulang, spasme otot




Nyeri
Nyeri berhubungan dengan dampak skunder dari fraktur vertebra

2.
DS :
·         Pasien mengatakan aktivitasnya terganggu
·         Pasien mengatakan kesulitan dalam bergerak
DO :
·         Pasien mengalami kesulitan bergerak tempat tidur
·         Pasien terlihat terbaring lemah di tempat tidur
Tulang rapuh dan mudah patah




Jatuh




Deformitas skelet




Berkurangnya kemampuan pergerakan
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis) atau fraktur baru
3.
DS :
·         Pasien mengatakan lemas Dan kaku
DO :
·         Pasien tampak lemah
Osteoporosis




Tulang rapuh dan mudah patah




Jatuh/kecelakaan




Resiko Tinggi Cidera
Risiko tinggi injury atau fraktur berhubungan dengan kecelakaan ringan/jatuh

2.      Diangnosa Keperawatan
a.         Nyeri berhubungan dengan dampak skunder dari fraktur vertebra
b.        Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis) atau fraktur baru
c.         Risiko tinggi injury atau fraktur berhubungan dengan kecelakaan ringan/jatuh
d.        Defisiensi pengetahuan dan informasi berhhubungan dengan salah persepsi dan kurang informasi


3.      Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Nyeri berhubungan dengan dampak skunder dari fraktur vertebra
 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x8 jam, diharapkan nyeri klien berkurang dengan kriteria hasil:

·      Klien mampu mengenali onset nyerinya (Skala 5)
·      Klien melaporkan nyerinya terkontrol (Skala 5).
·      Klien mampu mendeskripsikan nyerinya (Skala 5).
·      Klien mampu melaporkan nyeri (Skala 5)
·      Klien mampu melaporkan lama nyeri berlangsung (Skala 5)
·      Klien tidak cemas (Skala 5)
·      Pantau atau kaji tingkat/skala  nyeri (1-10), intensitas dan sifat nyeri
P :Provocate = Faktor Pencetus
QQuality = Kualitas
RRegion = Lokasi
SSevere =Keparahan
TTime = Durasi

·      Atur posisi pasien senyaman mungkin

·      Ajarkan klien dan keluarganya manajemen nyeri
·      Kolaborasi dalam pemberian analgetik
·      Untuk mengetahui penyebab nyeri Dan sifat nyeri apakah bersifat terlokasi atau menyebar dan waktunya








·      Posisi yang baik dapat mengurangi rasa nyeri

·      Klien dapat mengatasi nyeri secara mandiri

·      Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri
2.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis) atau fraktur baru
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat melakukan mobilitas fisik
Kriteria Hasil : klien mampu melakukan aktivitas normal secara mandiri.
·      Ajarkan klien untuk melakukan latihan-latihan fisik secara bertahap
·      Ajarkan klien tentang pentingnya latihan fisik


·      Anjurkan klien untuk menghindari latihan fleksi, membungkuk dengan tiba-tiba Dan mengangkat beban berat

·      Kolaborasi dalam pemberian obat
·      Latihan fisik dapat meningkatkan kekuatan otot serta melancarkan sirkulasi darah.
·      Klien mengetahui pentingnya latihan fisik dan mau melakukannya secara rutin

·      Gerakan yang menimbulkan kompresi vertical berbahaya dan dapat mengakibatkan risiko fraktur vertebra.


·      Membantu dalam proses penyembuhan
3.
Risiko tinggi injury atau fraktur berhubungan dengan kecelakaan ringan/jatuh
Tujuan : klien tidak mengalami injury
Kriteria hasil : Klien tidak mengalami jatuh atau fraktur akibat jatuh
·      Ciptakan lingkungan yang aman dan bebas  bahaya bagi klien

·      Beri support untuk kebutuhan ambulansi; mengunakan alat bantu jalan atau tongkat.
·      Bantu klien penuhi ADL (activities daily living) dan  cegah klien dari pukulan yang tidak sengaja atau kebetulan
·      Anjurkan klien untuk belok dan menunduk/bongkok secara perlahan dan  tidak mengangkat beban yang berat.
·      Ajarkan klien tentang pentingnya diet (tinggi kalsium, vitamin D) dalam mencegah osteoporosis lebih lanjut
·      Anjurkan klien untuk menguragi kafein, rokok dan alcohol
·      lingkungan yang bebas bahaya mengurangi risiko untuk jatuh dan mengakibatkan fraktur
·      Memberi support ketika berjalan mencegah tidak jatuh pada lansia

·      Benturan  yang  keras menyebabkan fraktur tulang, karena tulang sudah  rapuh, porus dan kehilangan kalsium

·      Gerakan tubuh yang cepat  dapat mempermudah fraktur compression vertebral pada klien dengan osteoporosis
·      Diet kalsium memelihara tingkat kalsium dalam serum, mencegah kehilangan kalsium ekstra dalam tulang

·      Kafein yang berlebihan meningkatkan  pengeluaran kalsium berlebihan dalam urine
4.
Defisiensi pengetahuan dan informasi berhhubungan dengan salah persepsi dan kurang informasi
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan klien tentang osteoporosis
Kriteria Hasil : klien tau tentang penyakitnya, mengerti bagaimana pencegahan osteoporosisi
·      Kaji tingkat pengetahuan klien tentang osteoporosis.
·      Berikan informasi yang tepat kepada klien tentang osteoporosis, cara pencegahan serta cara pennanganannya
·      Mengetahui sejauh mana klien tahu tentang penyakitnya
·      Meningkatkan pengetahuan klien tentang osteoporosi sehingga pasien bisa melakukan pencegahan atau penanganannya secara mandiri


4.      Implementasi
Merupakan tindakan-tindakan dari intervensi keperawatan yang telah ditetapkan dalam memberikan aasuhan keperawatan kepada klien

5.      Evaluasi
Evaluasi merupakan proses akhir dari prosedur keperawatan yang meliputi pendokumentasian tindakan-tindakan yang sudah dilakukan dalam pemberian perawatan terhadap klien

No
Diagnosa
Evaluasi
1.
Nyeri berhubungan dengan dampak skunder dari fraktur vertebra
-     Klien mampu mengenali onset nyerinya (Skala 5).
-     Klien melaporkan nyerinya terkontrol (Skala 5).
-     Klien mampu mendeskripsikan nyerinya (Skala 5).
-     Klien mampu melaporkan nyeri (Skala 5)
-     Klien mampu melaporkan lama nyeri berlangsung (Skala 5)
-     Klien melaporkan nyeri (Skala 5)
-     Klien tidak cemas
2.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis) atau fraktur baru.
-     Klien mampu menyangga berat badan
-     Klien mampu berjalan dengan benar
-     Klien mampu berjalan dengan langkah pelan
-     Klien mampu berjalan dengan langkah sedang
-     Klien mampu mempertahankan keseimbangan tubuh saat duduk tanpa penyangga punggung ;skala 5
-     · Mempertahankan keseimbangan tubuh saat berjalan
3.
Risiko tinggi injury atau fraktur berhubungan dengan kecelakaan ringan/jatuh
-     Keseimbangan tubuh meningkat
-     Klien dapat bergerak dengan mudah
-     Klien mengetahui cara latihan mengurangi resiko jatuh





BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
 Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang, peningkatan porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah patah (buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system musculoskeletal)
Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.

4.2Saran    
Tidak ada saran yang terlalu mengikat dalam kasus ini, hanya saja Diharapkan makalah ini bisa memberikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa calon  perawat, sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai “ASKEP OSTEOPOROSIS” menjadi bekal dalam pengaplikasian dan praktik bila menghadapi kasus yang kami bahas ini.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
1.         Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi klien serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi dengan klien.
2.         Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan diagnosa keperawatan.



DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, Lauralee. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 1.Edisi 6. Jakarta : EGC.
http://www.slideshare.net/search/slideshow?searchfrom=header&q=patofisiologi+osteoporosis



Text Box: Mk :defisit perawatan diri