Minggu, 25 Desember 2016

makalah Osteomalasia

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah kalsium. Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium yang terdapat pada tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada mikroarstektur tulang dan tulang menjadi lunak. Akibatnya tulang menjadi kehilangan kepadatan dan kekuatannya, sehingga mudah retak/patah. Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang. Pada orang dewasa kondisi ini adalah kronis dan deformitas skeletal tidak separah yang terjadi pada anak-anak karena pertumbuhan skeletal telah terhenti. Pada pasien ini, sejumlah osteoid atau remodelling tulang baru tidak mengalami klasifikasi.

1.2    Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pembahasan lengkap tentang penyakit pada system musculoskeletal Osteomalacia.

Tujuan Khusus
1.    Untuk mengetahui pengertian dari Osteomalacia
2.      Untuk mengetahui etiologi atau penyebab dari Osteomalacia
3.      Untuk mengetahui patofisiologi dari Osteomalacia
4.      Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Osteomalacia
5.      Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Osteomalacia
6.      Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Osteomalacia
7.      Untuk mengetahui komplikasi dari Osteomalacia
8.      Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan dari Osteomalacia

1.3    Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini disesuaikan dengan tujuan yang telah dibuat diantaranya :
1.    Memberitahukan kepada pembaca apa dan bagaimana penyakit Osteomalacia itu.
2.    Memberitahukan kepada pembaca bagaimana tindakan keperawatan untuk pasien dengan Osteomalacia.
3.    Sebagai bahan masukan untuk penulisan laporan lebih lanjut mengenai Osteomalacia.























BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1    Definisi Osteomalacia
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristik oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). (Smeltzer. 2001: 2339)
Osteomalasia adalah manifestasi defisiensi vitamin D. Perubahan mendasar pada penyakti ini adalah gangguan mineralisasi tulang, disertai meningkatnya osteoid yang tidak mengalami mineralisasi. (Robins, 2007)
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.

2.2    Etiologi Osteomalacia
Umumnya penyebab utama adalah tidak cukupnya mineralisasi tulang terutama kekurangan vitamin D. Ada berbagai kasus osteomalacia yang terjadi akibat gangguan umum metabolisme mineral, antara lain :
1.      Adanya malnutrisi
Kekurangan vitamin D yang berhubungan dengan asupan kalsium yang jelek, terutama akibat kemiskinan, makanan kurang matang dan kurangnya   pengetahuan mengenai nutrisi juga merupakan salah satu faktor. Paling sering terjadi dimana vitamin D tidak ditambahkan dalam makanan juga kekurangan dalam diet dan jauh dari sinar matahari.
2.      Faktor resiko berkaitan dengan penyakit patologis.
Penyakit-penyakit patologik yang dapat memicu terjadinya osteomalacia meliputi gagal ginjal kronik sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat. Penyakit hati karena organ hatinya tak mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi. terapi antikonvulsan berkepanjangan (fenitoin fenobarbital), dan gastrektomi. Osteomalacia dalam hal ini terjadi sebagai akibat kegagalan absorpsi kalsium ataupun kehilangan kalsium yang berlebihan dari tubuh.

2.3    Patofisiologi Osteomalacia
Ada berbagai macam penyebab dari Osteomalasia yang umumnya menyebabkan gangguan metabolisme mineral. Faktor  yang berbahaya untuk osteomalasia adalah kesalahan diet, malabsobrsi, gastrectomi, GGK, terapi anticonvilsan jangka lama (phenyton, phenorbar bital) dan insufisiensi vitamin D (diet sinar matahari). Tipe malnutrisi (defisiensi vitamin D sering di golongkan dalam hal kekurangan kalsium) terutama terjadi gangguan fungsi tetapi faktor dan kurangnya pengetahuan tentang nutrisi juga dapat menjadi faktor pencetus hal itu terjadi dengan frekuensi tersering dimana kandungan vitamin D dalam makanan kurang dan adanya kesalahan diet serta kekurangan sinar matahari.
Defisiensi vitamin D menyebabkan penurunan kalsium serum, yang merangsang pelepasan hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid meningkatkan penguraian tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tanpa mineralisasi tulang yang adekuat, maka tulang menjadi tipis. Terjadi penimbunan osteoid yang tidak terkristalisasi dalam jumlah abnormal yang membungkus saluran-saluran tulang bagian dalam, hal ini menimbulkan deformitas tulang. Diperkirakan defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif yang memacu absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan memfasilitasi mineralisasi tulang. Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah. Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ke tempat kalsifikasi tulang, sehingga mengakibatkan kegagalan mineralisasi, terjadi perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh.
             
           
Pathway
 















Rounded Rectangle: HARGA DIRI RENDAHRounded Rectangle: PERLUNAKAN KERANGKA TUBUH                                                                                               

 







Rounded Rectangle: RESIKO CEDERA                                                                                                
Rounded Rectangle: RESIKO FRAKTUR MENINGKAT Rounded Rectangle: NYERI
 

                                                                                                 
Rounded Rectangle: GG. MOBILITAS FISIK                                                    



2.4    Manifestasi Klinis Osteomalacia
Secara umum terdapat sepuluh tanda klinis utama dari osteomalsia yaitu sebagai berikut:
1.      Lemahnya tulang.
2.      Nyeri tulang.
3.      Nyeri tulang pelvis.
4.      Nyeri tulang panjang.
5.      Nyeri tulang belakang.
6.      Kelemahan otot.
7.      Hipokalsemia.
8.      Tulang vertebra mengalami tekanan.
9.      Pendataran pelvis.
10.  Fraktur, baik secara jumlah dan mudahnya patah tulang

Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :
1.      Nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha.
2.      Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).
3.      Penurunan berat badan.
4.      Nyeri tulang dan nyeri tekan tulang.
5.      Kelemahan otot.
6.      Cara berjalan seperti bebek atau pincang.
7.      Pada penyakit yang lebih lanjut, tungkai melengkung (karena berat tubuh dan tarikan otot).
8.      Vertebra yang melunak mengalami kompresi, sehingga mengalami pemendekan tinggi badan dan merusak bentuk toraks (kifosis).
9.      Sakrum terdorong ke bawah dan depan, pelvis tertekan ke lateral.
10.  Kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan risiko jatuh dan fraktur.

2.5    Pemeriksaan Penunjang Osteomalacia
1.      Pemeriksaan Diagnostik
Foto Rontgen, pada sinar-x jelas terlihat demineralisasi tulang secara umum. Pemeriksaan vertebra memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas vertebra yang jelas. Pada radiogram, osteomalasia tampak sebagai pengurangan densitas tulang, terutama pada tangan, tengkorak, tulang iga dan tulang belakang.
2.      Pemeriksaan Laboratorium
Hasil lab memperlihatkan kadar kalsium serum dan fosfor yang rendah dan peningkatan moderat kadar alkali fosfatase. Ekskresi kreatinin dan kalsium urine rendah serta biopsi tulang yang menunjukkan peningkatan jumlah osteoid.

2.6    Penatalaksanaan Osteomalacia
1.      Penatalaksanaan Medik
a.       Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D 200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan.
b.      Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.

2.      Penatalaksanan non medik
a.       Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak konsumsi unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, yogurt. Konsumsi suplemen kalsium sangatlah disarankan.
b.      Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu. Untuk membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh cobalah sering berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7 - 9 pagi dan sore pada pukul 16 -­ 17. 

2.7    Komplikasi Osteomalacia
Pada anak-anak jika penyakit ini tidak segera diobati maka pertumbuhannya akan terhalang, anak jadi lambat untuk duduk, merangkak dan berjalan. Berat tubuhnya mungkin akan membengkokan lutut, tulang serta persendian lainya sehingga menyebabkan kaki O (genu varum), dada busung (pigeon chest) dan lutut bengkok ke dalam (genu valgum). Pada orang dewasa kelemahan tulang menimbulkan resiko fraktur. Os vertebrata yang melunak akan tertekan menjadi pendek sehingga orang itu akan berkurang tingginya atau cebol. Trunkus yang memendek, sehingga mengubah bentuk toraks disebut kifosis dimana terlihat bungkuk dan skoliosis.
















BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1    Pengkajian
a.         Data demografi : Data ini meliputi nama, usia, jenis kelamin, tempat tinggal, orang yang dekat dengan klien.

b.        Riwayat perkembangan : Data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan pada neonatus, bayi, prasekolah, remaja, dewasa dan tua.

c.         Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan masa lalu : Data ini meliputi tentang adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang rawan, riwayat arthritis dan osteomielitis.
Riwayat kesehatan sekarang : sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat trauma. Hal-hal yang menimbulkan gejala. Timbulnya gejala mendadak atau perlahan. Timbulnya untuk pertama kalinya atau berulang. Perlu ditanyakan pula tentang ada-tidaknya gangguan pada sistem lainnya. Keluhan utama pasien dengan gangguan muskuloskeletal meliputi :
1.      Nyeri : identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan pembuluh darah, sendi, fasia atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri apakah sakit yang menusuk atau berdenyut. Nyeri berdenyut biasanya berkaitan dengan tulang dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri yang menusuk berkaitan dengan fraktur atau infeksi tulang. Identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas atau gerakan. Nyeri saat bergerak merupakan satu tanda masalah persendian. Degenerasi panggul menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada sendi tersebut. Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan. Nyeri pada osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan kapan nyeri makin meningkat, apakah pagi atau malam hari. Inflamasi pada bursa atau tendon makin meningkat pada malam hari. Tanyakan apakah nyeri hilang saat istirahat. Apakah nyerinya dapat diatasi dengan obat tertentu.
2.      Kekuatan sendi : tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya kekakuan tersebut, dan apakah selalu terjadi kekakuan. Beberapa kondisi seperti spondilitis ankilosis terjadi remisi kekakuan beberapa kali sehari. Pada penyakit degenarasi sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat pada pagi hari setelah bangun tidur (inaktivitas). Bagaimana dengan perubahan suhu dan aktivitas. Suhu dingin dan kurang aktivitas biasanya meningkatkan kekakuan sendi. Suhu panas biasanya menurunkan spasme otot.
3.      Bengkak : tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga disertai dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai cedera pada otot. Penyakit degenerasi sendi sering kali tidak timbul bengkak pada awal serangan, tetapi muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri. Dengan istirahat dan meninggikan bagian tubuh, ada yang dipasang gips. Identifikasi apakah ada panas atau kemerahan karena tanda tersebut menunjukkan adanya inflamasi, infeksi atau cedera.
4.      Deformitas dan imobilitas : tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba atau bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin memburuk dengan aktivits, apakah dengan posisi tetentu makin memburuk. Apakah klien menggunakan alat bantu (kruk, tongkat, dll)
5.      Perubahan sensori : tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh tertentu. Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan nyeri. Penekanan pada syaraf dan pembuluh darah akibat bengkak, tumor atau fraktur dapat menyebabkan menurunnya sensasi.
Riwayat penyakit keturunan : Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi misalnya (penyakit diabetes melitus yang merupakan predisposisi penyakit sendi degeneratif, TBC, artritis, riketsia, osteomielitis, dll).

d.      Pemeriksaan Fisik
a.      Pengkajian Skeletal Tubuh
1)      Adanya deformitas dan ketidaksejajaran yang dapat disebabkan oleh penyakit sendi
2)      Pertumbuhan tulang abnormal. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya tumor tulang.
3)      Pemendekan ekstrimitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak sejajar secara anatomis
4)      Angulasi abnormal pada tulang panjang, gerakan pada titik bukan sendi, teraba krepitus pada titik gerakan abnormal, menunjukkan adanya patah tulang.
b.      Pengkajian Tulang Belakang
Deformitas tulang belakang yang sering terjadi perlu diperhatikan yaitu :
1)        Skoliosis (deviasi kurvantura lateral tulang belakang) Bahu tidak sama tinggi, garis pinggang yang tidak simetris, skapula yang menonjol
2)        Skoliosis tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), kelainan kongenital, atau akibat kerusakan otot para-spinal, seperti poliomielitis.
3)        Kifosis (kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada). Sering terjadi pada lansia dengan osteoporosis atau penyakti neuromuskular.
4)        Lordosis (membebek, kurvantura tulang bagian pinggang yang berlebihan. Lordosis bisa ditemukan pada wanita hamil
Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju pasien dilepas untuk melihat seluruh punggung, bokong dan tungkai. Pemeriksaan kurvantura tulang belakang dan kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari pandangan anterior, posterior dan lateral. Dengan berdiri di belakang pasien, perhatikan setiap perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris. Kesimetrisan bahu, pinggul dan kelurusan tulang belakang diperiksa dalam posisi pasien berdiri tegak dan membungkuk ke depan.
c.       Pengkajian Sistem Otot
Pengkajian sistem otot meliputi kemampuan mengubah posisi, kekuatan dan koordinasi otot, serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan sekelompok otot menunjukkan berbagai kondisi seperti polineuropati, gangguan elektrolit, miastenia grafis, poliomielitis dan distrofi otot.
Palpasi otot dilakukan ketika ekstrimitas rileks dan digerakkan secara pasif, perawat akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat diukur dengan meminta pasien menggerakkan ekstrimitas dengan atau tanpa tahanan. Misalnya, otot
d.      Pengkajian Cara Berjalan
Pada pengkajian ini, pasien diminta berjalan. Perhatikan hal berikut:
1)        Kehalusan dan irama berjalan, gerakan teratur atau tidak
2)        Pincang dapat disebabkan oleh nyeri atau salah satu ekstrimitas pendek.
3)        Keterbatasan gerak sendi dapat memengaruhi cara berjalan
Abnormalitas neurologis yang berhubungan dengan cara berjalan. Misalnya, pasien hemiparesis-stroke menunjukkan cara berjalan spesifik, pasien dengan penyakit parkinson menunjukkan cara berjalan bergetar.

3.2    Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri b.d nyeri tekan tulang dan kemungkinan fraktur.
2.      Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri dan ketidaknyamanan.
3.      Resiko Cidera b.d penipisan tulang dan kelemahan.
4.      Harga Diri Rendah b.d perubahan bentuk tubuh
3.3    Intervensi Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan
Intervensi Keperawatan
1.
Nyeri b.d nyeri tekan tulang dan kemungkinan fraktur.
Tujuan : Klien akan melaporkan nyerinya berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1.      Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi dengan benar
2.      TTV klien normal
3.      Wajah klien tampak tenang dan tidak meringis

Intervensi :
1.      Kaji status nyeri (lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri ) gunakan skala 1-10.
2.      Berikan lingkungan dan posisi yang nyaman
3.      Minimalkan tindakan terapi yang bersifat memberi tekanan pada otot / tulang.
4.      Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi.
5.      Kolaborasi untuk memberikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.
2.
Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri dan ketidaknyamanan.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan, klien dapat melakukan mobilisasi dengan atau tanpa bantuan perawat.
Kriteria hasil :
1.      Klien dapat melakukan ROM aktif
2.      Klien dapat berpindah dengan bantuan alat
Intervensi :
1.      Lakukan imobilisasi.
2.      Ajarkan penggunaan alat bantu berpindah.
3.      Jelaskan pada pasien tentang pentingnya pembatasan aktivitas.
4.      Latihan ROM aktif dan perpindahan maksimal 2 kali dalam sehari.
5.      Anjurkan partisipasi partisipasi aktif sesuai kemampuan dalam kegiatan sehari-hari.
3.
Resiko Cidera b.d penipisan tulang dan kelemahan.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan, resiko cedera dapat dihindari.
Kriteria Hasil :
1.      Klien tidak mengalami cedera
2.      Stabilisasi tubuh dapat dipertahankan

Intervensi :
1.      Ajarkan klien untuk mempergunakan alat bantu mobilisasi.
2.      Sarankan untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan dan batasi aktivitas yang berlebihan.
4.
Harga Diri Rendah b.d perubahan bentuk tubuh
Tujuan : setelah dilakukan perawatan klien menunjukkan penerimaan terhadap kondisinya
Kriteri hasil :
1.      Klien Menunjukkan perilaku adaptasi
2.      Klien menyatakan penerimaan pada situasi ini.

Intervensi :
1.      Dorong ekspresi ketakutan, perasaan negatif dan kehilangan bagian tubuh.
2.      Berikan lingkungan     yang terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah yang dialami.
3.      Dorong patisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
4.      Kaji dan tingkatkan derajat dukungan yang ada untuk pasien.























BAB IV
PENUTUP
4.1    Kesimpulan
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). Adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya osteomalasia : Kekurangan vitamin D, Kekurangan kalsium dalam diet, Kelainan gastrointestinal, Malabsorbsi kalsium, Gagal ginjal kronis.
Tanda-tanda yang dapat terjadi pada penderita osteomalsia antara lain : Nyeri tulang dan kelemahan, penurunan berat badan, Anoreksia, Munculnya tonjolan tulang pada sambungan antara tulang iga dan tulang rawan di bagian dada, Sakit pada seluruh tulang tubuhnya, merasakan sakit saat duduk & mengalami kesulitan bangun dari posisi duduk ke posisi berdiri.
Masalah keperawatan utama yang dapat muncul adalah nyeri, risiko cedera berhubungan dengan kehilangan integritas tulang, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan dan harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan peran.

4.2    Saran
Osteomalasia adalah penyakit yang sangat berbahaya dan kita harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan tetap terjaga. Dengan makalah ini diharapkan seluruh komponen tenaga kesehatan pada khususnya dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan osteomalasia secara baik dan sesuai dengan prosedur keperawatan serta tentunya memperhatikan aspek-aspek tertentu yang berhubungan dengan prosedur yang dilakukan.




DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E, Marilyn. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC, 1999
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC, 1998
Robbins, Kumar. Buku Ajar Patofisiologi II. Edisi 4. Jakarta: EGC, 1995
Smeltzer & Brenda G. bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta : EGC, 2002


Tidak ada komentar:

Posting Komentar